Rabu, 27 Juni 2012

HMI, BEBAN SEJARAH BAGI KADERNYA


Sekarang ini, HMI sudah menjadi beban sejarah, terutama bagi para kader, karena tidak lagi berbuat untuk melakukan peran kesejarahannya yang sejati. perubahan yang begitu cepat di luar HMI, ternyata HMI malah "berdiam diri" tidak melakukan peran-peran kesejarahan untuk mengiringi perubahan itu. Misalnya, Orde Reformasi peran kesejarahan apa yang bisa di perbuat HMI, jawabannya NOL. Ada apa dengan HMI yang pada awal pendirian begitu gagah dan tanggap untuk selalu tampil paling depan dalam memimpin setiap perubahan?. berdasarkan hal ini ternyata HMI harus melakukan pembenahan-pembenahan yang bersifat struktural, kultural dan sistem. Maka, ada beberapa gagasan untuk mmperbaiki HMI sekrang ini :

pertama, Organisasi HMI, sekrang ini, kehilangan ruh dan jati dirinya, maka kemudian ada pikiran yang sangat radikal, bagaimana kalao PB HMI itu dibubarkan dan HMI direkonstruksi. HMI kembali ke khittah semula, sesuai dengan semangat dan cita-cita lafran pane, bahwa HMI adalah organisasi kader yang memiliki idealisme sebagai insan pencipta dan pengabdi.

kedua, HMI harus mengubah orientasi. selama ini, orientasi HMI (PB HMI) terlalu politik. Misalnya, setiap Ketua Umum PB HMI mendapat jatah untuk menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). hal itu harus di rombak total bahwa orientasi HMI harus merambah pada skala yang lebih luas: sosial, ekonomi, budaya, hukum dan lain sebagainya. HMI harus mulai belajar untuk kembali orientasi kepada yang "senyap" atau dunia yang tidak seperti "selebritis", yakni dunia politik,----memang tidak melarang bahwa kader HMI memiliki orientasi politik, tetapi bukanlah jalan satu-satunya, seperti kata pepatah masih banyak jalan menuju Roma, begitu pula dengan orientasi HMI banyak jalan untuk berkarya dan mengabdi dalam aspek kehidupan yang lai, yang tak kalah menarik dengan kehidupan panggung politik yang gemerlap itu.

ketiga, HMI harus kembali kepada basis keislaman dan keindonesiaan yang benar, baik pada tahap wacana dan implementatif.

keempat, harus ada reformasi struktural. contoh kecil: struktur kepengurusan PB HMI harus dirubah, biar ramping dan kecil. Bukankah ada ungkapan "kecil itu indah".

Tetapi gagasan untuk melakukan perubahan di HMI di atas hanya akan berwujud sebagai kenyataan normatif belaka, tanpa ada action atau kenyataan empirik yang mendukung. untuk itulah langkah selanjutnya, diperlukan kehadiran kader HMI yang mumpuni dan cerdas.

kader HMI yang mumpuni dan cerdas itu wujud kongkritnya seperti apa?
hal ini bisa mengacu tujuan HMI sebagai mana termaktub dalam pasal 5 Anggaran Dasar HMI, yaitu : "terbinanya insan akademis, pencipta pengabdi yang bernafaskan islam dan bertanggung jaab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah SWT". jadi kader HMI yang memiliki kualitas insan cita.

Keluhan kader diatas sebenarnya tidaklah harus terjadi kalau kader HMI sudah memiliki kualitas insan cita. yang perlu dan terpenting adalah kesiapan kader bukan keluhan. Yakni, setiap kader harus berfungsi dan memiliki kader kualitas insan cita yang memadai. kader HMI tidak selalu mengeluh, tetapi bagaimana berbuat untuk HMI, sehingga HMI memiliki citra positif. bukankah, John F. Kennedy pernah berkata "jangan pernah berpikir apa yang diberikan negara, tetapi apa yang kita berikan untuk negara". filosofi ini juga, harus berlaku untuk setiap kader HMI.,"Jangan pernah berpikir apa yang diberikan HMI, tetapi apa yang kita berikan untuk HMI". sehingga, HMI tidak menjadi beban sejarah bagi kadernya, karena romantisme masa lalu, mengenai peran kesejarahan HMI dalam mendampingi negara bernama Indonesia dalam menapaki masa sulitnya, dari masa kemerdekaan sampai orde baru. Tetapi, kenyataan HMI tidak bisa melakukan peran kesejarahan karena, para kader HMI tidak menghayati lagi sebagai kader yang memiliki kualitas insan cita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar