Sebagai organisasi Mahasiswa Islam terbesar HMI di
usia yang ke-61 tahun telah mengukuhkan posisinya pada kondisi yang mapan,
namun demikian mapannya usia HMI tentu akan melahirkan dua hal yang akan
memberi warna dan saling bertolak belakang, disatu sisi HMI akan semakin kokoh
secara institusional dan dinamis, namun disisi lain karena didasari nama besar
dan proses perjalanan sejarahnya HMI hari ini cenderung menjadi lamban dan
bergerak ditempat. Selain itu sikap establish yang lahir dari kebanggaan
sejarah lampau kiprah HMI mengakibatkan HMI hari ini cenderung tampil dalam
kesadaran palsu.
Sejak HMI didirikan di Jokyakarta oleh lafran pane
5 Februari 1947 HMI telah mengambil sikap yang tegas dan mentahbiskan dirinya
sebagai kelompok yang mendorong dua hal, tanpa bermaksud menyederhanakan makna
dua hal itu antara lain komitmen untuk mendorong kepentingan keumatan dan
komitmen kebangsaan. Dua komitmen ini yang kemudian membuka ruang yang dinamis
bagi kiprah HMI, apalagi HMI sangat menjujung pluralisme, HMI tidak
mempersoalkan aliran dalam Islam, HMI tidak terjebak pada tarik ulur
pengelompokan ummat Islam yang cenderung mempertentangkan Majhab dan aliran.
Akibatnya HMI menjadi dinamis dan lahan subur bagi tumbuhnya gagasan-gasan
Islam yang mewakili kemoderenan zaman. Singkatnya dalam perjalanan usianya HMI
telah memberi banyak kontribusi bagi dinamika keumatan dan kebangsaan.
Namun kemudian layaknya sebuah organisasi kader
yang mengkayuh dari zaman ke zaman, HMI tidak lepas dari pasang surut. Bahkan
akibat beban sejarah yang banyak mendorong kiprah HMI pada ranah politik,
dampaknya hari ini HMI dan kader-kadernya sangat politikal oriented. Sikap
kader HMI yang sangat politik oriented ini melahirkan tampilan organisasi yang pincang
dan kian hari menjadi dijauhi oleh basis di Kampus-kampus. Apalagi saat ini
organisasi Islam yang tumbuh dan berkembang bukan hanya HMI. Kondisi ini lebih
diperparah lagi dengan tampilan organisasi yang tidak pernah berubah padahal
zaman mau tidak mau memaksa setiap individu maupun organisasi untuk berubah.
Ringkasnya kian lama HMI semakin kehilangan relevansinya, HMI sudah tidak
kompetibel dengan zaman.
Kerasnya arus globalisasi yang melahirkan berbagai
trend dan tuntutan zaman menjadikan HMI kian tertinggal dengan cara-cara
berpikir lama dan hanya berpikir politik structural. Pada hal faktanya dalam
dunia yang kian menjadi kapitalis poilitik harus dibarengi kesiapan financial
yang cukup, sementara kader HMI tidak siap secara financial. Ribuan kader HMI
terlanjur melirik politik pada satu sisi dan meninggalkan sisi professional.
Imbasnya secara menyeluruh HMI menjadi semacam
sekedar gerbong penghasil para politisi yang tidak kreatif dan hanya berpasrah
dan berharap menjadi politisi tanpa memikirkan bahwa politisi hari ini adalah
politisi yang harus kuat secara financial. Pada hal sesungguhnya jika kita
melihat makna filosofis pengkaderan di HMI, HMI adalah organisasi yang idealnya
mengarahkan kadernya untuk berkiprah pada berbagai bidang dan profesi. Trend
hari ini adalah ternd wirausaha yang mau tidak mau kalau HMI tidak berupaya
melirik ini, HMI akan tertinggal. Sebab kalau pun harus jadi politisi kader HMI
tidak bisa hanya mengandalkan modal sekadar menjadi organisatoris yang baik.
Kondisi ini sesungguhnya telah meresahkan banyak
kalangan di HMI, bahkan akibat terjadi pergeseran paradigma ini cak Nur sempat
melontarkan kekesalannya, bahwa ? Bubarkan saja HMI?. Menurut Azumardy Azra
jika HMI tidak berani untuk menguliti dirinya dan melakukan Reaasesment total
terhadap keberadaan dirinya, maka HMI akan sulit untuk bertahan.
HMI secara institusi bukannya tidak menyadari ini,
namun kuatnya mind set politik yang telah menjadi semacam trend budaya dalam
organisasi mengakibatkan tampilan HMI hari ini menjadi semacam macan ompong yang Cuma bisa mengaum
tapi tidak berdaya untuk menggigit.
Prinsipnya HMI harus berubah, cara pandang politik
di HMI harus digeser pada ranah politik intelektual, HMI tidak boleh masuk pada
ranah politik praktis sebab HMI adalah organisasi kader bukan organisasi politik.
Sudah saatnya orientasi kader-kader HMI diarahkan pada berbagai segi. HMI harus
mampu beradabtasi dan menjadi kreatif ditengah perubahan yang kian cepat .
Dari semua gambaran di atas sesungguhnya jika HMI
ingin tetap bertahan HMI harus berani melakukan Reassesment total terhadap
dirinya. Setidaknya ada tiga hal yang harus dilakukan
1. HMI harus merombak secara
total pola pengkaderan yang ada saat ini, sebab kurikulum yang ada sudah tidak
kompetibel dengan abad 21 dimana HMI terjebak hari ini
2. HMI adalah organisasi
mahasiswa, otomatis basisnya adalah kampus, HMI harus dikembalikan ke Kampus.
Konsep Back to Campus bukan sekedar diwacanakan tapi harus diimplementasikan ke
dalam kampus. HMI harus mampu menjadi organisasi yang tidak hanya membentuk
kader-kadernya pada satu tipe (baca poiltik) tapi lebih terbuka sehingga
mahasiswa mau melirik HMI. Karena tuntutan zaman saat ini mendorong setiap
orang untuk lahir sebagai orang-orang yang professional. Kalau HMI tidak menawarkan
kemandirian dan penguatan profesionalisme bagi mahasiswa di kampus, maka wajar
kalau HMI tidak lagi menarik
3. HMI harus melakukan
modernisasi organisasi, modernisasi yang dimaksud mencakup system, manajemen
dan gaya
kepemimpinan. Dalam era moderen kepemimpinan, manajemen dan system dalam
pengelolaan organisasi harus mampu menghadirkan ruang efektifitas dan
efisiensi. Trend perkembangan teknologi informasi dan komunikasi harus
diimplementasi dalam pengelolaan oragnisasi. HMI harus mulai berani bicara kesenjangan
digital, bicara teknologi bahkan mungkin HMI harus berani melakukan
digitalisasi didalam organisasinya
Kalau ini tidak dilakukan maka, HMI akan tampil
sekedar menjadi organisasi yang tidak lagi memberi makna bagi bangsa dan ummat,
malah justeru menjadi beban. Seperti tadi sudah saya katakan diawal bahwa HMI
ibarat macan ompong hanya bisa mengaum tapi tidak bisa menggigit, ini sebuah
otokritik bahwa kalau HMI ingin mengembalikan misi organisasi pada khitah HMI,
maka HMI harus berani menerima ini sebagai cambuk. Kami menyadari bahwa
keresahan ini bukanlah monopoli tunggal, tapi semua kader HMI memiliki
keresahan yang sama, semoga apa yang kami sampaikan dalam tulisan ringkas ini
bisa mewakili keresahan sebegian kader HMI yang masih berpikir bahwa HMI masih
bisa berubah.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar