Sejak
awal HMI telah mencantumkan “Menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam”
sebagai salah satu tujuannya, di samping “Mempertahankan dan mempertinggi derajat
rakyat Indonesia”. Dengan demikian, Islam telah dijadikan sebagai landasan
organisasi. Dalam hal ini HMI tidak mendasarkan diri pada “mazhab” tertentu,
walau kemudian dalam pola pemikirannya HMI cenderung sebagai kelompok
intelektual muslim pembaharu.
Dari
situ HMI menuangkan pemahaman keislamannya yang tertampung dalam sebuah buku
pedoman yang diberi nama Nilai Dasar Perjuangan (NDP). NDP merupakan gambaran
bagaimana seorang HMI memahami Islam sebagaimana tercantum dalam al-Quran.
Secara doktrin, yang terkandung dalam NDP bukanlah ajaran yang bertentangan
dengan Islam, melainkan merupakan formulasi kembali atas al-Quran sehingga
tertuang menjadi suatu kepribadian bagi kader HMI dalam mewujudkan amanat Tuhan
sebagai khalifah
fil-ardhi.
NDP adalah landasan ideologis
perjuangan HMI, sebagai ruh yang mendorong moral pergerakan kader. Pemahaman
terhadap NDP diharapkan dapat menumbuhkan kepercayaan diri kader akan keyakinan
ilahiahnya, membangun semangat humanisme dalam interaksi dengan sesama manusia,
dan sebagai sumber nilai moral yang mengiringi ilmu pengetahuan untuk diabdikan
bagi kemanusiaan. Dengan demikian nilai-nilai NDP bisa menjadi identitas yang
khas bagi kader-kader HMI.
Sejarah Perumusan
Rumusan NDP seperti yang kita lihat
sekarang bukanlah hasil yang sekali jadi, melainkan hasil perkembangan
pemikiran dan penghayatan mendalam atas sejarah perjuangan HMI secara
keseluruhan. Bahkan kalau kita hitung jarak antara berdirinya HMI dengan
perumusan NDP, tercatat waktu lebih 20 tahun.
Secara sosiologis, NDP dirumuskan dalam
kancah pertarungan ideologi-ideologi besar yag ada pada saat itu. Nasionalisme
Bung Karno, Komunisme PKI, dan Sosialisme PSI adalah ideologi-ideologi yang
secara umum berebut pengaruh. Di samping itu yang juga mendorong perumusan NDP
adalah perlawatan Nurcholish Madjid ke Amerika (Oktober 1968) atas beasiswa
sebagai pemimpin mahasiswa dari Council for Leaders and Specialist, Washington.
Namun menurutnya yang banyak memberikan terhadap sikap dan gagasannya bukan
itu, melainkan kunjungannya ke beberapa negara di Timur Tengah (Turki, Libanon,
Syiria, Irak, Kuwait, Saudi, Sudan dan Mesir) selama empat bulan setelah
lawatannya ke Amerika.
Faktor-faktor berikut dikemukakan Cak
Nur sebagai hal yang menginspirasikan perumusan NDP: pertama, tidak adanya bacaan yang komprehensif
dan sistematis tentang ideologi Islam. Kedua, kecemburuan terhadap anak-anak muda
komunis yang oleh partainya disediakan buku pedoman kecil berjudul Pustaka Kecil
Marxis (PKM). Ketiga, ketertarikan terhadap buku kecil yang ditulis oleh Willy
Eihleir, Fundamental
Values and Basic Demand of Democratic Socialis. Tulisan ini merupakan upaya reformasi ideologis bagi
partai sosialis demokrat Jerman di Jerman Barat.
Karena
itu jelas bahwa dari latar belakang perumusannya Nurcholish Madjid ingin
menempatkan NDP sebagai idelogi bagi HMI, yang diharapkan dapat menandingi
ideologi-ideologi lain yang berkembang pada saat itu.
Iman Ilmu Amal
Secara
garis besar, ada tujuh persoalan yang dibahas dalam NDP. 1) Dasar-dasar
Kepercayaan; 2) Pengertian-pengertian Dasar tentang Kemanusiaan; 3) Kemerdekaan
Manusia (ikhtiar) dan Keharusan Universal (Takdir); 4) Ketuhanan Yang Maha Esa
dan Perikemanusiaan; 5) Individu dan Masyarakat; 6) Keadilan Sosial dan
Ekonomi; 7) Kemanusiaan dan Ilmu Pengetahuan. Ketujuh persoalan itu secara
sederhana dapat diintisarikan dalam tiga kata: iman, ilmu, amal.
Iman, adalah bentuk kepercayaan yang paling mendasar dalam diri
manusia. Hidup yang benar dimulai dengan iman yang benar. Iman yang benar
adalah percaya kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa, disertai takwa, yaitu
keinginan mendekat serta kecintaan kepadaNya. Manusia berhubungan dengan Tuhan
dalam bentuk penghambaan atau penyerahan diri (islam), berupa ibadah (pengabdian formil/ritual). Ibadah mendidik
individu agar tetap ingat kepada Tuhan dan berpegang teguh pada kebenaran
sebagaimana dikehendaki oleh hati nurani yang hanif. Dengan ibadat, manusia
dididik untuk memiliki kemerdekaannya, kemanusiaannya, dan dirinya sendiri;
sebab ia telah berbuat ikhlas, yaitu memurnikan pengabdian hanya kepada
kebenaran (Tuhan) semata-mata. Inilah yang disebut tauhid. Lawannya adalah
syirik, yaitu memperhambakan diri kepada sesuatu selain Tuhan. Syirik merupakan
kejahatan terbesar bagi kemanusiaan karena sifatnya yang meniadakan kemerdekaan
asasi.
Tuhan adalah mutlak. Kebenaran Tuhan
dengan demikian bersifat mutlak. Yang selain Tuhan (baca: manusia) adalah
relatif. Namun sudah merupakan tugas sejarah bagi yang relatif ini untuk
terus-menerus berupaya mencapai Yang Mutlak, karena dari sanalah manusia
berasal dan kepada-Nyalah manusia kembali. Kembali kepadaNya berarti menuju
kepada Kebenaran. Namun Kebenaran yang sifatnya mutlak tidak mungkin dicapai
oleh manusia. Manusia hanya dapat mencapai kebenaran-(kebenaran) yang relatif. Untuk
itu manusia memerlukan ilmu, yang merupakan alat manusia untuk
mencari dan menemukan kebenaran-kebenaran itu. Sekalipun relatif,
kebenaran-kebenaran itu merupakan tonggak sejarah yang mesti dilalui manusia
dalam perjalanan menuju Kebenaran Mutlak.
Ilmu adalah pengertian yang dipunyai oleh
manusia secara benar tentang alam dan dirinya sendiri. Hubungan manusia dengan
alam bersifat penguasaan dan pengarahan. Alam tersedia bagi manusia untuk
kepentingan pertumbuhan kemanusiaan. Penguasaan dan pengarahan itu tidak
mungkin dilaksanakan tanpa pengetahuan tentang hukum-hukumNya yang tetap (sunnatullah). Pengetahuan itu dapat dicapai dengan
mendayagunakan intelektualitas rasionalitas secara maksimal.
Manusia adalah makluk sosial, hidup di
antara dan bersama manusia-manusia lain dalam hubungan tertentu. Oleh karena
itu manusia tidak mungkin dapat memenuhi kemanusiaannya dengan baik tanpa
berada di tengah sesamanya. Iman dan ilmu saja tidaklah berarti apa-apa jika
tidak diterapkan dalam bentuk kerja nyata bagi kemanusiaan. Inilah yang disebut
amal. Kerja kemanusiaan atau amal saleh mengambil bentuknya
yang utama dalam usaha yang sungguh-sungguh secara esensial menyangkut
kepentingan manusia secara keseluruhan, yaitu menegakkan keadilan dalam
masyarakat sehingga setiap orang memperoleh harga diri dan martabat sebagai
manusia. Usaha ini disebut amar ma’ruf. Lawannya disebut nahi munkar, yaitu
mencegah segala bentuk kejahatan dan kemerosotan nilai-nilai kemanusiaan. Dalam
bentuk yang lebih konkrit, usaha ini diwujudkan misalnya melalui pembelaan
terhadap kaum lemah dan tertindas, serta usaha ke arah peningkatan nasib dan
taraf hidup mereka yang wajar dan layak sebagai manusia.
Dengan integrasi iman, ilmu, dan amal
itulah manusia akan mampu memenuhi kodratnya, yaitu sebagai hamba di hadapan
Tuhan dan sebagai khalifah di hadapan alam. Cita-cita ideal HMI kiranya
tertuang dalam NDP tersebut. menjadi manusia kreatif yang mampu berinovasi
dalam kerja-kerja nyata demi mempertinggi harkat kemanusiaan (amal saleh);
disertai ilmu sebagai alat untuk melakukan itu; dan tentu saja dilandasi oleh
iman yang benar.
Status NDP
Selama ini HMI dikenal dengan tradisi
pembaharuannya. Dalam pembaharuan akan selalu ada kritik dan otokritik terhadap
segala sesuatu yang ada. Hal ini memungkinkan adanya perbaikan dan pengembangan
ke arah yang lebih baik.
Meskipun NDP berpretensi ideologis, NDP
tidak boleh diperlakukan sebagai dogma yang taken for
granted oleh
kader-kader HMI. NDP bagi HMI tidaklah sama dengan al-Quran bagi umat Islam.
Bagaimana pun NDP adalah buatan manusia. Karena itu meskipun perumusannya
didasarkan pada wahyu yang bersifat mutlak, NDP tak lebih dari sekadar hasil
interpretasi manusia yang nilai kebenarannya relatif. NDP bolehlah dikatakan
sebagai satu usaha berupa landasan filosofis untuk mencapai Yang Mutlak,
Kebenaran, yaitu Tuhan itu sendiri. Keberadaan NDP harus disikapi secara
kritis. Cak Nur sendiri, selaku salah seorang perumus NDP, ketika ditanya
apakah NDP masih relevan dengan kondisi sekarang ataukah perlu diganti, mengatakan
bisa saja, asal tingkat intelektualitasnya tidak lebih rendah dari yang ada
sekarang.
Referensi
Modul Perkaderan HMI terbitan HMI
Cabang Ciputat 1993-1994.
Kumpulan makalah Pusdiklat Regional
Pemahaman Nilai Identitas Kader, HMI Badko Jawa Bagian Tengah, Juli 1999.
Hasil-hasil Kongres 22 di Jambi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar