Rabu, 27 Juni 2012

Nilai Dasar Perjuangan HMI



logo-hmi-berwarna
Sejak awal HMI telah mencantumkan “Menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam” sebagai salah satu tujuannya, di samping “Mempertahankan dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia”. Dengan demikian, Islam telah dijadikan sebagai landasan organisasi. Dalam hal ini HMI tidak mendasarkan diri pada “mazhab” tertentu, walau kemudian dalam pola pemikirannya HMI cenderung sebagai kelompok intelektual muslim pembaharu.
Dari situ HMI menuangkan pemahaman keislamannya yang tertampung dalam sebuah buku pedoman yang diberi nama Nilai Dasar Perjuangan (NDP). NDP merupakan gambaran bagaimana seorang HMI memahami Islam sebagaimana tercantum dalam al-Quran. Secara doktrin, yang terkandung dalam NDP bukanlah ajaran yang bertentangan dengan Islam, melainkan merupakan formulasi kembali atas al-Quran sehingga tertuang menjadi suatu kepribadian bagi kader HMI dalam mewujudkan amanat Tuhan sebagai khalifah fil-ardhi.
NDP adalah landasan ideologis perjuangan HMI, sebagai ruh yang mendorong moral pergerakan kader. Pemahaman terhadap NDP diharapkan dapat menumbuhkan kepercayaan diri kader akan keyakinan ilahiahnya, membangun semangat humanisme dalam interaksi dengan sesama manusia, dan sebagai sumber nilai moral yang mengiringi ilmu pengetahuan untuk diabdikan bagi kemanusiaan. Dengan demikian nilai-nilai NDP bisa menjadi identitas yang khas bagi kader-kader HMI.
Sejarah Perumusan
Rumusan NDP seperti yang kita lihat sekarang bukanlah hasil yang sekali jadi, melainkan hasil perkembangan pemikiran dan penghayatan mendalam atas sejarah perjuangan HMI secara keseluruhan. Bahkan kalau kita hitung jarak antara berdirinya HMI dengan perumusan NDP, tercatat waktu lebih 20 tahun.
Secara sosiologis, NDP dirumuskan dalam kancah pertarungan ideologi-ideologi besar yag ada pada saat itu. Nasionalisme Bung Karno, Komunisme PKI, dan Sosialisme PSI adalah ideologi-ideologi yang secara umum berebut pengaruh. Di samping itu yang juga mendorong perumusan NDP adalah perlawatan Nurcholish Madjid ke Amerika (Oktober 1968) atas beasiswa sebagai pemimpin mahasiswa dari Council for Leaders and Specialist, Washington. Namun menurutnya yang banyak memberikan terhadap sikap dan gagasannya bukan itu, melainkan kunjungannya ke beberapa negara di Timur Tengah (Turki, Libanon, Syiria, Irak, Kuwait, Saudi, Sudan dan Mesir) selama empat bulan setelah lawatannya ke Amerika.
Faktor-faktor berikut dikemukakan Cak Nur sebagai hal yang menginspirasikan perumusan NDP: pertama, tidak adanya bacaan yang komprehensif dan sistematis tentang ideologi Islam. Kedua, kecemburuan terhadap anak-anak muda komunis yang oleh partainya disediakan buku pedoman kecil berjudul Pustaka Kecil Marxis (PKM). Ketiga, ketertarikan terhadap buku kecil yang ditulis oleh Willy Eihleir, Fundamental Values and Basic Demand of Democratic Socialis. Tulisan ini merupakan upaya reformasi ideologis bagi partai sosialis demokrat Jerman di Jerman Barat.
Karena itu jelas bahwa dari latar belakang perumusannya Nurcholish Madjid ingin menempatkan NDP sebagai idelogi bagi HMI, yang diharapkan dapat menandingi ideologi-ideologi lain yang berkembang pada saat itu.
Iman Ilmu Amal
Secara garis besar, ada tujuh persoalan yang dibahas dalam NDP. 1) Dasar-dasar Kepercayaan; 2) Pengertian-pengertian Dasar tentang Kemanusiaan; 3) Kemerdekaan Manusia (ikhtiar) dan Keharusan Universal (Takdir); 4) Ketuhanan Yang Maha Esa dan Perikemanusiaan; 5) Individu dan Masyarakat; 6) Keadilan Sosial dan Ekonomi; 7) Kemanusiaan dan Ilmu Pengetahuan. Ketujuh persoalan itu secara sederhana dapat diintisarikan dalam tiga kata: iman, ilmu, amal.
Iman, adalah bentuk kepercayaan yang paling mendasar dalam diri manusia. Hidup yang benar dimulai dengan iman yang benar. Iman yang benar adalah percaya kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa, disertai takwa, yaitu keinginan mendekat serta kecintaan kepadaNya. Manusia berhubungan dengan Tuhan dalam bentuk penghambaan atau penyerahan diri (islam), berupa ibadah (pengabdian formil/ritual). Ibadah mendidik individu agar tetap ingat kepada Tuhan dan berpegang teguh pada kebenaran sebagaimana dikehendaki oleh hati nurani yang hanif. Dengan ibadat, manusia dididik untuk memiliki kemerdekaannya, kemanusiaannya, dan dirinya sendiri; sebab ia telah berbuat ikhlas, yaitu memurnikan pengabdian hanya kepada kebenaran (Tuhan) semata-mata. Inilah yang disebut tauhid. Lawannya adalah syirik, yaitu memperhambakan diri kepada sesuatu selain Tuhan. Syirik merupakan kejahatan terbesar bagi kemanusiaan karena sifatnya yang meniadakan kemerdekaan asasi.
Tuhan adalah mutlak. Kebenaran Tuhan dengan demikian bersifat mutlak. Yang selain Tuhan (baca: manusia) adalah relatif. Namun sudah merupakan tugas sejarah bagi yang relatif ini untuk terus-menerus berupaya mencapai Yang Mutlak, karena dari sanalah manusia berasal dan kepada-Nyalah manusia kembali. Kembali kepadaNya berarti menuju kepada Kebenaran. Namun Kebenaran yang sifatnya mutlak tidak mungkin dicapai oleh manusia. Manusia hanya dapat mencapai kebenaran-(kebenaran) yang relatif. Untuk itu manusia memerlukan ilmu, yang merupakan alat manusia untuk mencari dan menemukan kebenaran-kebenaran itu. Sekalipun relatif, kebenaran-kebenaran itu merupakan tonggak sejarah yang mesti dilalui manusia dalam perjalanan menuju Kebenaran Mutlak.
Ilmu adalah pengertian yang dipunyai oleh manusia secara benar tentang alam dan dirinya sendiri. Hubungan manusia dengan alam bersifat penguasaan dan pengarahan. Alam tersedia bagi manusia untuk kepentingan pertumbuhan kemanusiaan. Penguasaan dan pengarahan itu tidak mungkin dilaksanakan tanpa pengetahuan tentang hukum-hukumNya yang tetap (sunnatullah). Pengetahuan itu dapat dicapai dengan mendayagunakan intelektualitas rasionalitas secara maksimal.
Manusia adalah makluk sosial, hidup di antara dan bersama manusia-manusia lain dalam hubungan tertentu. Oleh karena itu manusia tidak mungkin dapat memenuhi kemanusiaannya dengan baik tanpa berada di tengah sesamanya. Iman dan ilmu saja tidaklah berarti apa-apa jika tidak diterapkan dalam bentuk kerja nyata bagi kemanusiaan. Inilah yang disebut amal. Kerja kemanusiaan atau amal saleh mengambil bentuknya yang utama dalam usaha yang sungguh-sungguh secara esensial menyangkut kepentingan manusia secara keseluruhan, yaitu menegakkan keadilan dalam masyarakat sehingga setiap orang memperoleh harga diri dan martabat sebagai manusia. Usaha ini disebut amar ma’ruf. Lawannya disebut nahi munkar, yaitu mencegah segala bentuk kejahatan dan kemerosotan nilai-nilai kemanusiaan. Dalam bentuk yang lebih konkrit, usaha ini diwujudkan misalnya melalui pembelaan terhadap kaum lemah dan tertindas, serta usaha ke arah peningkatan nasib dan taraf hidup mereka yang wajar dan layak sebagai manusia.
Dengan integrasi iman, ilmu, dan amal itulah manusia akan mampu memenuhi kodratnya, yaitu sebagai hamba di hadapan Tuhan dan sebagai khalifah di hadapan alam. Cita-cita ideal HMI kiranya tertuang dalam NDP tersebut. menjadi manusia kreatif yang mampu berinovasi dalam kerja-kerja nyata demi mempertinggi harkat kemanusiaan (amal saleh); disertai ilmu sebagai alat untuk melakukan itu; dan tentu saja dilandasi oleh iman yang benar.
Status NDP
Selama ini HMI dikenal dengan tradisi pembaharuannya. Dalam pembaharuan akan selalu ada kritik dan otokritik terhadap segala sesuatu yang ada. Hal ini memungkinkan adanya perbaikan dan pengembangan ke arah yang lebih baik.
Meskipun NDP berpretensi ideologis, NDP tidak boleh diperlakukan sebagai dogma yang taken for granted oleh kader-kader HMI. NDP bagi HMI tidaklah sama dengan al-Quran bagi umat Islam. Bagaimana pun NDP adalah buatan manusia. Karena itu meskipun perumusannya didasarkan pada wahyu yang bersifat mutlak, NDP tak lebih dari sekadar hasil interpretasi manusia yang nilai kebenarannya relatif. NDP bolehlah dikatakan sebagai satu usaha berupa landasan filosofis untuk mencapai Yang Mutlak, Kebenaran, yaitu Tuhan itu sendiri. Keberadaan NDP harus disikapi secara kritis. Cak Nur sendiri, selaku salah seorang perumus NDP, ketika ditanya apakah NDP masih relevan dengan kondisi sekarang ataukah perlu diganti, mengatakan bisa saja, asal tingkat intelektualitasnya tidak lebih rendah dari yang ada sekarang.
Referensi
Modul Perkaderan HMI terbitan HMI Cabang Ciputat 1993-1994.
Kumpulan makalah Pusdiklat Regional Pemahaman Nilai Identitas Kader, HMI Badko Jawa Bagian Tengah, Juli 1999.
Hasil-hasil Kongres 22 di Jambi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar